Minggu, 13 Maret 2016

FOSIL KACANG TANAH RAKSASA DI KARAWANG

Fosil Kacang Tanah, Photo : Pepeling

Kabupaten Karawang punya nilai dan kehidupan masa lalu yang luar biasa, maka tidak sedikit yang mengatakan Karawang Kolot, pada hari Minggu 13 Maret 2016 Tim Observasi Pepeling mencoba melakukan penelusuran ke wilayah Desa Tamanmekar Kecamatan Pangkalan, persisnya kewilayah Pasir Ronggang, selama penelusuran berlangsung rasa kagum tah pernah terbayangkan bahwa ternyata banyaknya fosil-fosil buah-buahan dan umbi-umbian diwilayah tersebut, fosil buah-buah sulit untuk diidentifikasi namun untuk fosil umbi-umbian masih bisa karena bentuk dan strukturnya masih Nampak jelas seperti Fosil Singkong dan Kacang Tanah.

Penemuan Fosil yang diluar dugaan mengingat apa yang ditemukan sebuah Kacang tanah yang relatif sangat besar dengan panjang 28 cm, tinggi 14 cm dan lebar 16 cm, untuk kacang tanah merupakan ukuran raksasa mengingat untuk kacang tanah paling besar sebesar jempol tangan namun ini sungguh luar biasa dengan berat sekitar 5 kg dan besarannya sebesar bayi, selain itu juga banyak ditemukan Fosil umbi singkong yang cukup besar dengan rata-rata diameter 13 cm dan panjang 1,5 meter namun sayang kalau singkong sudah hampir sebagian besar patah, namun struktur detail dari singkong dan kacang tanah masih utuh sehingga masih bisa di ketahui jenis dari fosil tersebut.

Fosil adalah sisa tumbuhan,pohon dari zaman purba yang masih bisa dijumpai pada masa kini dalam bentuk kayu ,daun dan buah yang membatu, batu Fosil mempunyai ciri-ciri seperti tumbuhan pada umumnya makanya mudah diidentifikasi secara kasat mata. Jika dilihat dengan mikroskop, struktur sel-selnya pun mirip sel tumbuhan hidup. Hanya materialnya sudah tergantikan dengan mineral alam, bukan lagi organik nabati dengank Karakteristik unik, keras, dingin, bercahaya, warna-warni dan berusia jutaan tahun.

Wilayah Pasir Ronggang yang sebelumnya disebut Pasir Lisung namun sebelum nama lisung nama wilayah tersebut disebut Pasir Ronggeng, beberapa pergantian nama diwilayah tersebut mengingat kemungkinan untuk yang sekarang disebut Pasir Ronggang karena ada seorang tokoh yang disebut Bah Ronggang sehingga sampai meninggalkan peninggalan yaitu Keramat Bah Ronggang.

Menemukan fosil kayu mungkin kita akan berfikir sebuah kewajaran mengingat sudah biasa dan banyak ditemukan, namun jika menemukan fosil umbi-umbian yang ukurannya tidak wajar seperti ukuran manusia sekarang itu sesuatu yang luar biasa, kita bisa memprediksi bahwa dari jutaan tahun yang lalu sudah ada kehidupan di Karawang, bahkan mereka sudah mengenal cocok  tanam seperti contoh Singkon dan kacang tanah mengingat singkong dan kancang tanah merupakan palawija khas yang selalu ditanam manusia.

Mencoba menelaah kebelakang akan sebuah nama lemah sagandu dimana alam masih sebagian besar lautan dan bumi masih lembek disana sudah ada kehidupan, Apakah wilayah leumah sagandu tersebut adalah wilayah kaligandu dan sekitarnya saat ini ? walahuallambissawab, namun jika melihat penemuan yang didapatkan ada sebuah tarikan kehidupan masa lalu dengan kurun waktu jutaan tahun lalu di Karawang. 

Fakta yang didapat semoga saja bermanfaat bagi kita semua mengingat kini Karawang hanya dianggap angina lalu yang tidak pernah dipedulikan akan nilai kesejarahannya padahal tidak sedikit referensi dan bukti yang bisa kita dapatkan kalau memang serius menggalinya, semoga saja apa yang didapatkan bisa menjadikan referensi bagi para ahli untuk mengungkap sebuah kebenaran mutlak yang sebenar-benarnya.

Sabtu, 12 Maret 2016

JALAN BADAMI MENJADI LAHAN PARKIR UMUM GRATIS

Parkir Liar Jalan Badami, Photo : Pepeling  


Jika kita melintasi jalan interchange Karawang Barat yang ada di Badami mungkin akan menyayat hati dimana kita melihat akses jalan yang hanya satu jalur karena tertutup oleh parker mobil-mobil besar yang dengan seenaknya parkir dipinggir jalan dengan tidak melihat rambu lalu lintas yang terpasang jelas, dilain sisi Pemerintah Daerah melalui Dinas Perhubungan seperti melek mata melihat kenyataan yang terjadi dilapangan.

Karawang begitu tumpul akan penegakan peraturan, peraturan yang ada dan yang sudah dibuat hanyalah sebagai hiasan meja yang tidak pernah direalisasikan kelapangan, pengambil kebijakan seolah menutup mata akan persoalan-persoalan yang timbul dimasyarakat, salah satu contoh mengenai parkir liar yang terjadi dijalan interchange badami yang saat ini hanya menjadi tontonan, sampai saat ini  tidak pernah ada tindakan serius dari pihak penegak peraturan.

Dampak yang bisa kita lihat dengan hancurnya jalan yang ada karena banyaknya yang parkir liar dengan beban yang relatif berat, beban kendaraan mobil berjalan dan mobil diam yang pastinya akan lebih berat dengan mobil diam sehingga nampak kerusakan pada bahu dikiri dan kanan jalan interchange Karawang Barat Badami yang padahal disana sudah terpasang rambu jalan dilarang parkir.

Aturan perundang-undangan padahal sudah jelas, berdasarkan UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah :
1.     Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
2.     Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang tidak memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
3.     Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang khusus yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan keselamatan, pemberian tanda barang, Parkir, bongkar dan muat, waktu operasi dan rekomendasi dari instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Kondisi ini bukan hanya terjadi di jalan interchange Karawang Barat Badami saja, namun hal ini pun bisa kita lihat dijalan baru depan KPU, jalan baru belakang Polres Karawang, Bundaran Klari, Bundaran Pancawati, Jalan Interchange Karawang Timur, Underpass Desa Wanasari, Gerbang Bumi Telukjambe (Pohon Sawit) dan lokasi lainya, semuanya seolah hanya hiasan pemandangan yang tidak pernah dipedulikan oleh Pemerintah.


Bijak itu penting, menegakan kebijakan itu merupakan bagian dari bijaknya seorang pemimpin, kepentingan masyarakat haruslah menjadi hal utama yang harus kedepankan mengingat harus kepada siapa masyarakat mengadu dan menyampaikan permasalahan yang dihadapi selama ini kalua bukan kepada pemerintah. Jika memang harus ada regulasi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah untuk mengatur itu semua kenapa enggak segara buat aturan tersebut supaya apa yang sudah terjadi tidak tidak menjadi keresahan yang berkelanjutan dimasyarakat.

JATI RARANGAN

Observasi Jati Rarangan, Photo : Pepeling

Desa Wanakerta Kecamatan Telukjambe Barat khususnya kampung Jatimulya dan area pesawahan yang dahulunya rawa-rawa, hanya sebagian wilayah yang ada pemukiman karena pada saat itu wilayah tersebut dipenuhi pohon jati ditambah dengan adanya keramat didalamnya, bahkan pada saat itu orang tidak berani masuk kedalam wilayah tersebut karena keangkerannya. Jati Rarangan adalah hutan jati terlarang untuk masuk dan itu yang banyak diceritakan oleh masyarakat sekitar selain itu dengan banyaknya dedaunan yang berjatuhan (ngarangrangan) ditambah wilayah yang masih bernilai misteri bagi sebagian masyarakat yang mengetahui akan wlayah tersebut sebelumnya.

Wilayah Jati Rarangan saat ini sudah menjadi area perkampungan dan area pesawahan ini awalnya memiliki nilai mistis dimana banyaknya cahaya yang muncul dari wilayah tersebut, sebagai pusat tempat dari Jati Larangan  dengan adanya pohon beringin besar yang berdiri tegak ditengah hutan jati, dilain itu ada juga yang mengatakan bahwa diwilayah Jati Rarangan ada Arca yang keberadaannya saat ini entah kemana.

Desa wanakerta, Wanasari, dan Wanajaya sebelum dimekarkan adalah namanya kedung poloy kemudian seiring perkembangan akhirnya dimekarkan menjadi 3 wilayah desa Yang masuk wilayah administrasi Kecamatan Telukjambe Barat, rata-rata masyarakat yang sekarang menempati wilayah Jati Rarangan sekarang Jatimulya berasal dari wilayah Pasir Ranji dan wilayah sogol yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Bekasi.

Wilayah yang berada di bantaran sungai cibeet ini memiliki sejarah masa lalu ditambah jika dikaitkan dengan adanya penemuan rante kapal masa lalu (masyarakt menyebutnya rante gaib) yang berada di wilayah tersebut ada kemungkinan bahwa Pelabuhan masa lalu yang pernah ada di era Pajajaran yang pernah dituliskan dalam catatan cina yang disebut Ko-ying yang dalam era kerajaan sunda disebut Candrabaga ada diwilayah Desa Wanakerta Kecamatan Telukjambe Barat.

Wanakerta mempunyai nilai sejarah masa lalu, jika kita lihat kontur wilayah wanakerta satu dataran dengan wilayah Karawang utara jadi pada saat itu semua dataran Karawang merupakan lautan maka bukan tidak mungkin wilayah dermaga berada diwilayah selatan karena banyaknya dataran tinggi yang dijadikan sandaran kapal, namun semuanya hanya baru asumsi yang kebenarannya adalah tugas para ahli dengan keilmuannya, walaupun saat ini seolah tidak menjadi daya tarik para ahli khususnya dalam melakukan observasi di Karawang ataukah nilai Karawang kesejarahannya harus habis ditelan jaman.

Jumat, 11 Maret 2016

KUTA TANDINGAN JADI KOTA JAKARTA TENGGELAM

Expedisi Kuta, Photo : Pepeling

Menurut mitos bahwa jika Kuta Tandingan menjadi Kota maka Kota Jakarta akan tenggelam, mungkin itu hanya cerita masyarakat yang beredar secara turun temurun, apabila jika kita coba gali pendalamanya, wilayah yang rencananya akan dijadikan bandara adalah wilayah serapan air dimana jika hujan datang air pasti diserap oleh jutaan pohon diwilayah tersebut, namun jika bandara jadi dibangun di Karawang bukan tidak mungkin akan menimbulkan bencana banjir lebih besar mengingat sudah tidak adanya serapan air, walaupun ditanami tidak akan mungkin seperti semula dan pohon yang ditanam tidak akan langsung besar.

Kuta Tandingan yang saat ini merupakan hutan resapan adalah wilayah peninggalan Kerajaan Pajajaran yang memang dengan kurun waktu yang relatif lama hancur karena bencana alam yang maha dahsyat, banyak peninggalan yang saat ini hilang entah kemana rimbanya seperti batu tulis, batu telapak kaki dan ratusan arca di Karawang raib entah kemana rimbanya, sungguh disayangkan jika wilayah tersebut harus dihancurkan lagi oleh kepentingan kapitalis yang tidak akan pernah melihat sisi sejarah dan nilai-nilai yang ada didalamnya.

Wilayah kuta tandingan yang banyak diceritakan merupakan wilayah ibu kota Pajajaran memang memiliki rahasia yang sungguh luar biasa, menurut kang Encum Nurhidayat bahwa diluar cerita mistis itu ternyata di Kuta Tandingan terdapat Situs yang kini keberadaannya di awasi dan sedang dikembangkan oleh Disbudpar Karawang. Konon Situs Kuta Tandingan diperkirakan merupakan Peninggalan Kerajaan kecil dalam Kekuasaan Kerajaan Pajajaran, bernama Kerajaan Kuta Tandingan Jaya yang diperintah oleh Kertabumi III, dibantu oleh Patih Purnakuta dan Patih Mangkubumi dengan penasehat Jaksa Imbang Kencana”

Menjelang keruntuhan Pajajaran Kerajaan (1579 M) Kuta Tandingan Jaya melepaskan diri atau diambil alih oleh tentara Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Syech Maulana Yusuf, sebab pada tahun 1626 daerah Udug - udug dijadikan Markas Tentara Kesultanan Banten dibawah pimipinan Pager Gunung atau lebih dikenal dengan Pangeran Puger, Daerah Udug - udug merupakan tempat yang strategis untuk pengawasan lalu lintas perahu di Sungai Citarum, dari daerah ini Pasukan Tentara Kesulatanan Banten menyerang Sumedang Larang juga merupakan Pos Pertahanan untuk menangkal serangan balik dari Sumedang Larang (Prabu Geusan Ulun) dan Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung.

Jika saat ini yang melakukan adalah dari JICA, apakah mereka tau nilai-nilai yang terkandung di Karawang selama ini ? dan apakah mereka tau sejarah yang sebenarnya mengenai Karawang ? ruang-ruang kosong yang ada dibawah tanah Karawang adalah sebuah gambaran dimana itu merupakan tempat tampungan air yang memiliki nilai history yang sungguh sangat luar biasa, hanya dengan hati dan ketuluan jiwalah kita bisa meyakini kenyataan yang ada di Kuta Tandingan.

Lingkungan hidup, menurut UU no. 32 tahun 2009, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

Di tambah dengan jika kita perhatikan Rencana pembangunan bandara Internasional di Kabupaten Karawang Jawa Barat menuai kontroversi. Sejumlah pihak, termasuk kalangan DPR RI mengugat kelayakan pembangunan bandara tersebut karena tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). rencana pembangunan bandara tersebut tidak ada dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jawa Barat serta RTRW Kabupaten Karawang.

Dilain sisi DPR pun saat sedang meminta penjelasan kepada dua instansi pemerintah yang bertanggungjawab atas pembangunan bandara tersebut, yakni Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum. Kontroversi tentang pembangunan Bandara Karawang dipicu oleh status lahan yang akan digunakan untuk pembangunan bandara tersebut. Dilaporkan kalau lahan yang digunakan adalah kawasan hutan yang pastinya akan mengganggu ekosistem dan akan mempengaruhi resapan air untuk Kabupaten Karawang, mitos tersebut datang karena kecintaan para leluhur kita kepada generasi yang akan datang mengingat betapa pentingnya akan sebuah kelestarian lingkungan untuk kehidupan manusia.

Kamis, 10 Maret 2016

RENUNGAN HATI

Keindahan Alam, Photo : Pepeling

Diantara puing rasa yang tersirat diantara kehidupan nyata, kita sebagai insan yang pada kesempatan ini masih bisa melihat alam fana dengan keridhoan dari tuhan yang maha kuasa, kita hanyalah mahluk yang sama dengan mahluk lainya, jikalau tuhan sudah menghendaki maka kita akan kembali ke asal kita yang awal tidak ada akan kembali ke tidak ada dan itu merupakan sudah menjadi rumusan alami yang tidak mungkin akan bisa kita pungkiri.

Hari ini mungkin kita hanya terpaku pada kitab tuhan yang tersurat dimana kita lupa akan kitab tuhan yang tersirat yang harfiah serta pemaknaannya sungguh sangat luar biasa jika kita sinergikan antar yang tersurat dan yang tersirat, makna hidup adalah makna dasar yang harus kita jadikan sandaran dalam meniti langkah menjalani proses kehidupan, dimana kita hidup di dunia ini hanya sementara mengingat faktor alam dan batas daya tahan yang dimiliki manusia terbatas.

Hakekat hidup dimana kita melangkah dengan membawa seluruh anggota tubuh yang disebut jasmani dengan diiringi jiwa dan ruh sehingga kita menjadi satu elemen kesatuan dalam hidup, namun yang jadi pertanyaan akan dibawa kemana semua komponen diri kita ini ? apakah kita akan membawanya pada nilai manfaat ataukan kita akan membawanya pada nilai madharat, semua kembali ke hati dan rasa kita untuk menentukan langkah kita menuju arah kehidupan yang sedang dan akan dijalani.

Tidak sedikit manusia yang hebat, tidak sedikit manusia yang diberikan hidayah kepintaran namun tidak sedikit pula semua itu hanya dijadikan ajang untuk menampilkan keegoisannya sebagai manusia, umur bukanlah menjadi pengaruh akan sebuah kedewasaan diri, namun kemampuan diri dengan aktualisasi diri dalam mengisi kehidupan itulah penggambaran dari sebuah kepribadian, janganlah kita pernah berharap sesuatu dari apa yang kita kerjakan selain nilai manfaat karena semuanya akan dating dengan sendirinya seperti air yang mengalir melewati lekuk sungai walaupun banyak rintangan dan kelokan namun pada akhirnya sampai juga ke muara, dan begitulah hidup ini.

Terkadang memang kita selalu dihadapkan dengan titik bingung menyikapi kehidupan, mengingat pola pikir dan pandangan antara satu insan dengan lainnya memang tidak mungkin sama namun perbedaan haruslah menjadi bahan untuk terus belajar dalam menggali setiap ruang dan waktu sebagai bahan pembentukan diri untuk mencapai nilai hidup yang rahmatanlilallamin.

Membangun diri tidaklah mudah, mengingat harus bisa mengsinkronkan antara hati dan pikir serta perbuatan supaya seiring sejalan dalam setiap langkah kita, memang berat namun apa salahnya jika kita terus belajar dan mencoba memaknai itu semua, kita bisa awali dari hal yang terkecil dalam hidup yaitu kita mencoba memilih dan memilah mana yang benar dan mana yang salah dengan terus membangun komitmen diri sehingga kita memiliki prinsip namun prinsip yang sesuai dengan aturan baik aturan agama maupun aturan darigama.

Alam adalah ciptaan tuhan yang harus kita jaga dan kita lestarikan keutuhannya supaya bisa kita wariskan untuk generasi kita selanjutnya, mari coba buka hati untuk melatih rasa sehingga kita bisa merasakan betapa pentingnya alam ini untuk kehidupan kita, mari kita belajar membuka pikir kita akan apa yang terjadi jika ala mini hancur, dan marilah kita coba melangkah untuk saling mengingatkan akan sebuah makna hidup dimana kita sebagai mahluk sosial tidak mungkin hidup sendiri tanpa orang lain, maka kita harus bisa menjaga terus hubungan silahturahmi sebagai bentuk aplikasi dari hablumminnanas (hubungan manusia dengan manusia).

Diantara sisa waktu yang masih ada marilah kita manfaatkan hidup ini untuk saling mengisi, saling berbagi, saling merasakan antara kita manusia dengan sesama mahluk tuhan keseluruhan, semoga kita mampu belajar dan terus belajar dari ala mini sebagai bekal kita miniti hari-hari yang akan kita sama-sama jalani.

Rabu, 09 Maret 2016

MIMPI ANAK DESA (PART 3)

Photo : Pepeling 

Iringan suara binatang malam seolah mengiringi lelapnya tidurku, alunan suara gesekan dedaunan seolah mengelusku untuk semakin jauh masuk dalam sebuah alam sadar yang tak pernah kubanyangkan dalam dunia nyataku, langkahku dengan yakin berjalan diantara bangunan megah dengan arsitektur yang luar biasa yang diisi oleh manusia yang rata-rata tingginya diatas tiga meter, mereka begitu gagahnya dengan kemampan yang luar biasa dengan rata-rata sepuluh kali lipat dengan kemampuan manusia saat ini.

Aku berjalan kearah selatan karena melihat kemegahan sebuah bangunan yang tinggi besar dengan megahnya dihias struktur dengan relief begitu bagus, bangunan yang tingginya hampir 800 meter dengan susunan pondasi benar-benar kuat, kutelusuri semua sudut yang ada ditempat itu seolah aku berjalan dialam nyata dimana aku merasa pernah tinggal ditempat itu sebelumnya, namun mungkin itu hanyalah persaan dalam benakku saja, seperti aku berberkhayal bahwa tempat dimana kini aku tinggal dahulunya adalah sebuah tempat yang begitu bernilai namun kini dilupakan karena adanya suatu hal sehingga hilang ditelan alam.

Mimpiku terus berlanjut walaupun menjadi tertawaan teman-temanku manakala mereka membaca catatan mimpiku, sebuah perjalanan mimpi yang begitu aneh dan membuatku semakin penasaran dan ingin terus bermimpi sebagai ilustrasi dari sebuah kebenaran masa lalu yang saat ini hilang ditelan alam dengan kedahsyatan sebuah bencana dimasa lalu yang bukan tidak mungkin akan terjadi lagi suatu saat nanti. Sebuah negeri yang indah dan begitu luar biasa, keramahan penduduknya seolah memberikan sebuah pelajaran akan sebuah kehidupan dengan adab dan etika serta sebuah budaya yang membudaya sehingga menjadi rujukan dari setiap pelosok bumi untuk datang mengunjungi.

Dalam mimpiku, aku melihat sebuah taman indah bagaikan taman surgawi yang ada ditamansari tempat begitu nyaman dan begitu mempesona dengan penataan sungguh luar biasa sehingga sangatlah sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sebuah arsitektur dengan konsep pemikiran sangat tinggi yang tidak akan sulit terjangkau oleh pemikiran manusia saat ini, taman surgawi dengan lorong-lorong penuh pesona dibentengi benteng dengan sebuah bangunan yang begitu megah dimana disana menyimpan hasil dari penghasilan masyarakat yang dijadikan sebagai cadangan logistik bagi berjalannya kehidupan masyarakatnya sehingga tidak sampai kekurangan pangan karena factor apapun.

Aku berjalan kearah selatan, kulihat sebuah bangunan megah berwarna putih berderet yang dibentengi benteng tinggi menjulang yang jika kita bayangkan hari ini bangunan tersebut pastinya sudah tidak akan ada tandingannya, sebuah kota besar yang merupakan bagian dari sebuah kerajaan yang pernah ada dimuka bumi ini yang tidak akan ada tandingannya, aku bejalan-jalan disana dengan senyum ramah mereka melihatku seolah aku adalah bagian dari mereka yang terpisah oleh ruang dan waktu masa lalu yang kalaupun ada mungkin dalam wujud yang sulit bisa mengetahui antara satu dengan lainnya kecuali jika dibangun dengan silaturahmi yang kuat untuk saling memahami dari hati ke hati.

Sembirat cahaya mentari pagi membangunkan mimpiku, dengan rasa bingung aku terbangun karena aku merasa baru sekejap mata tertutup untuk beristirahat, namun karena mimpi tersebut seoalah terasa nyata sehingga terasa bukan dalam keadaan tidur seperti dalam sebuah kondisi sebenarnya, mungkin mimpi ini akan terus bersambung seiring sebuah fakta sebenarnya ini masih bersifat misteri yang selalu menjadi siloka bagi kita semua……….

Selasa, 08 Maret 2016

GIGI HIU MEGALODON KARAWANG

Gigi Hiu Megalodon Karawang, Photo : Pepeling 

Megalodon adalah spesies ikan hiu purba raksasa yang hidup sekitar 20 hingga 1,2 juta tahun lalu (miosin tengah - pliosin akhir). Hiu ini berukuran lebih besar dari sebuah kapal pesiar. Namanya sendiri berarti "gigi yang besar". sebuah kenyataan yang bisa kita lihat faktanya ternyata gigi hiu purba tersebut diketemukan diwilayah Kabupaten Karawang, gigi hiu tersebut ditemukan diwilayah Kawasan Mitra Karawang (KIM) dilokasi cut and fill perluasan pembangunan kawasan tersebut tepatnya dipinggiran kampung Cibenda Desa Parungmulya Kecamatan Ciampel.

Kabupaten Karawang memiliki fase dimana dahulu merupakan lautan dalam yang dibuktikan dengan banyak ditemukannya fosil kerang laut yang berukuran besar, fosil-fosil tersebut dapat ditemukan di wilayah Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Ciampel dan Pangkalan dimana saat ini lokasi tersebut sudah mulai habis menjadi area kawasan indrustri.

Fosil gigi hiu megalodon tidak hanya ditemukan di eropa, amerika atau wilayah lain diluar negeri namun ternyata di Indonesia pun di Kabupaten Karawang diketemukan fosil tersebut, nilai historis bisa kita ambil  bahwa memang fase Karawang dahulu merupakan lautan sebelum menjadi daratan seperti sekarang ini, selain itu mungkin jika dilakukan observasi yang lebih mendalam akan ditemukan sesuatu yang lebih dahsyat di Kabupaten Karawang.

Dengan ditemukannya fosil gigi hiu Megalodon di Karawang itu menggambarkan bahwa Kabupaten Karawang memiliki nilai sejarah Kepurbakalaan yang sangat luar biasa, sebuah nilai yang bisa menjadi kebanggaan untuk Kabupaten Karawang yang selama ini hanya dianggap wilayah tak bermakna yang ternyata memiliki nilai sejarah luar biasa.