Minggu, 31 Januari 2016

PEPELING MENOLAK KERETA CEPAT DI KARAWANG


Pembangunan itu penting, tapi pembangunan yang seperti apa yang harus dilaksanakan, pebangunan Kereta Cepat (Sinkasen) Jakarta – Bandung yang melintas di Kabupaten Karawang harusnya menjadi bahan pertimbangan dengan pemikiran yang luar biasa, bukan hanya memikirkan aspek ekonomi dengan alasan untuk meningkatkan investasi. Alasan investasi sangat tidak masuk alasan mengingat siapa yang merasakan dari hasil investasi tersebut, proyek ini seperti proyek yang dipaksakan karena ada sebuah kepentingan.

Analisa Kajian Proyek Kereta Cepat harusnya benar-benar matang bukan hanya asal sehingga menjadi proyek besar dengan memperhatikan Lingkungan dan Kehidupan manusia dan alam, itu sudah jelas diatur dalam UUD 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tinjauan sejarah, tinjauan geologi, tinjauan kebencanaan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana) serta dampak sosial yang akan dirasakan oleh masyarakat jika Kereta Cepat tersebut melalui Kaupaten Karawang.

Kepada Pemerintah Kabupaten Karawang jangan mau di intervesi pemerintah pusat mengingat saat ini Otonomi Daerah dimana daerah berhak menolak jika itu kurang baik dampaknya untuk wilayah Kabupaten Karawang, proyek Kereta Cepat yang tidak realistis dan tidak masuk akal mengingat AMDAL dan Perijinannya saja belum jelas sementara presiden sudah meresmikan proyek ini, ada apa sebenarnya yang terjadi ? ini proyek kepentingan yang tidak realistis….!!!

Masih banyak hal yang lebih bernilai manfaat untuk masyarakat, sungguh ironis jika Pemerintah saat ini begitu membanggakan Proyek Kereta Cepat namun dilain sisi masih banyak infrastrur yang amburadul, bangunan untuk pendidikan banyak yang ancur, Sumber Daya Manusia (SDM) banyak yang masih tertinggal karena percepatan pembangunan tidak diimbangi dengan kesiapan SDM. Transparansi AMDAL harusnya disampaikan terhadap semua stakeholder yang ada dibawah bukan hanya akan dijadikan konsumsi para pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Karawang.

Pembangunan Kereta Cepat bisa kita bayangkan berapa juta pohon yang hilang dan berapa kubik air yang akan tidak terserap, itu mungkin sebagian dampak riil yang bisa kita rasakan namun dampak sosial dari pembangunan itu tidak terbayangkan mengingat pembangunan itu akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Kabupaten Karawang adalah salah satu wilayah yang harus tetap terjaga kelestariannya, khususnya kelestarian alam dan lingkungan mengingat banyaknya potensi sejarah dan kepurbakalaan yang belum tergali didalamnya dan apbila itu dibiarkan akan mengubur catatan Karawang untuk selamanya.

Tinjauan aspek budaya, sejarah dan kearifan lokal itu sangat penting mengingat ada pribahasa orang tua yang mengatakan “ilang basa, ilang budaya, ilang sejarah, ilang Negara” kata sederhana yang harus kita kaji harfiahnya mengingat saat ini ada sebuah kejanggalan akan sebuah kesejarahan yang ada di Karawang Khususnya dan umumnya Indonesia. Matinya sejarah dan kepurbakalaan yang ada seakan sengaja wilayah tersebut menjadi objek kepentingan kapitalis untuk menghancur wilayah tersebut dengan kedok investasi dan pembangunan yang padahal didalamnya terdapat sejuta nilai yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat dan mungkin menjadi kebanggaan negara.
RAHAYU KARAWANG…..,,

#TolakProyekKeretaCepat

#SelamatkanAlamKarawang

Kamis, 28 Januari 2016

KOMPLEK BATU PURBA KARAWANG JAWA BARAT

(Potensi Baru Pariwisata Karawang)

Komplek Batu Purba Karawang, Photo : Pepeling

Kekayaan alam Karawang memang begitu luar biasa, tergambar dari potensi keindahan tempat serta potensi kepariwisataannya yang begitu banyak, jika termanfaatkan dengan baik bukan tidak mungkin akan menjadikan pembangunan Karawang berbasis kelestarian lingkungan dan kepariwisataan, gugusan gunung batu yang begitu mempesona sangat layak dijadikan potensi wisata alternatif di Kabupaten Karawang mengingat saat ini andalan wisata yang ada sudah tidak memadai daya tampungnya diwaktu hari-hari besar (libur idul fitri dan tahun baru).

Komplek batuan purba yang berada di kaki gunung goong sangatlah eksotis jika dijadikan sebagai tempat wisata, mengingat jarak dari jalur utama pasar loji medalsari tidak terlalu jauh, komplek batuan purba ini berada di Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, komplek batu purba jika dijadikan tempat pariwisata maka akan satu jalur menuju monumen bersejarah yang tidak pernah tercatat kesejarahannya yaitu monumen Gempol Ngadeupa yang lokasinya sama berada di kaki Gunung Goong dan tidak jauh dari lokasi batu purba.

Batu Purba Karawang dengan deretan dan pecahannya membuat kondisi batuan itu menjadi indah, karakteristik batu berwarna putih sehingga terindikasi bahwa batuan itu adalah batuan bersejarah sisa bangunan masa lalu yang hancur dihantam bencana alam, sekat-sekat yang menghias batu serta tumpukan batu (Batu Tumpang) yang seolah bangunan yang dibuat manusia dengan sudah mengenal teknik bangun yang sangat luar biasa.


Potensi indah untuk Pesona Karawang yang luar biasa, apalagi jika ditata disepanjang jalur menuju komplek Batu menjadi kebun buah-buahan dengan konsep desentralisasi buah yang pengunjung bisa langsung memetik ditempat, bukan tidak mungkin tempat itu akan menjadi wisata unggulan di Kabupaten Karawang serta ditambah dengan nilai sejarah yang ada di Gunung Goong dan sekitarnya akan semakin menambah lengkap wilayah tersebut menjadi tempat pariwisata di Kabupaten Karawang.

AJENG KAMPUNG PANGASINAN


Tari Soja, Photo : Yudi Wahyu Widiana, M.Pd (Pepeling)

Pangasinan  merupakan sebuah kampung disebelah barat Karawang yang posisinya dekat interchange Karawang Barat dan dekat dengan kawasan industri KIIC tepatnya berada di Desa Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang.

Keberadaan gamelan ajeng di desa Karangligar menurut Bpk Endang Kurnia, merupakan warisan dari kakeknya yang bernama Abah Raid dan diperkirakan sudah ada sekitar tahun 50 an atau, dan pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Abah Amo yang merupakan seorang pemain gamelan ajeng yang juga menantu dari Abah Raid (menikah dengan putri abah Raid bernama Alm. Ma Oyeh), pada tahun 1958 bpk amo menikah dengan Alm. Ma Oyeh serta menetap di kampung Pangasasinan dan mengatakan bahwa pada tahun 1958 gamelan ajeng sudah ada di Pangasinan dan saat itu sangat ramai mendapatkan undangan untuk main.

Awalnya Abah Raid memiliki tiga perangkat gamelan ajeng serta seperangkat wayang kulit yang dimainkan dengan iringan gamelan ajeng. namun saat ini yang tersisa tinggal satu perangkat saja gamelan ajeng yang diperuntukan untuk acara mengarak pengantin


Grup ajeng dari Karangligar dimasa jayanya dipimpin oleh Bpk. Gateum, yaitu salah seorang pemain ajeng yang kemudian oleh abah Raid selaku pemilik gamelan mengangkatnya  menjadi pemimpin grup. Sepeninggal Bp Raid kemudian gamelan ajeng diwariskan kepada putranya yaitu Alm. bpk. UcangDimasa bpk. Ucang, gamelan semakin bertambah dengan adanya gamelan degung, gamelan pelog untuk mengiringi wayang golek dan seperangkat goleknya. Untuk gamelan degung masih lengkap namun sudah jarang digunakan. Sedangkan gamelan pelog lengkap tapi tidak pernah dimainkan.

Sungguh sangat disayangkan jika potensi seni tradisi yang harusnya menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Karawang kini tidak terlestarikan sehingga kesenian ini keberadaannya hampir punah ditelan jaman dan moderenisasi.

SENI AJENG

Alat Musik Bende, Photo : Yudi Wahyu Widiana

Ajéng adalah suatu perangkat gamelan yang terdapat di Jawa Barat, yang kelengkapan instrumentasinya (jumlah waditra) hampir sama dengan satu perangkat gamelan pelog. Ada dua jenis ajéng yang amat berbeda gayanya, pertama yang terdapat di daerah Sumedang, dan kedua terdapat di wilayah Karawang dan Bogor (khususnya di Kecamatan Cileungsi).

Tidak ada dokumen yang menunjukkan kapan gamelan ajéng lahir, tapi dari karakternya yang mengutamakan waditra gong-berangkai (gong chimes) yang merupakan ciri ensambel musik di Asia Tenggara, ensambel ini merupakan jenis gamelan yang amat tua. Jaap Kunst, etnomusikolog Belanda yang mengadakan penelitian gamelan pada tahun 1920-an, melaporkan tentang ajéng yang ada di kampung-kampung di dataran tinggi timur Sunda, seperti di daerah Sumedang. Keduanya kini termasuk jenis musik yang makin kurang mendapat ruang dalam dunia seni pertunjukan di Jawa Barat. Berkurangnya pertunjukan ajéng itu, pertama adalah karena kurangnya apresiasi atau perhatian masyarakat, sehingga tidak beminat menanggap. Kedua, akibat dari pertama, karena makin sedikit, kalau bukan tidak ada lagi yang menanggap seniman yang memahami lagu-lagu ajéng itu pun makin tiada.

Perbedaan dari kedua gaya ajéng itu, di Sumedang (wilayah pegunungan) instrumentasinya lebih mendekati ensembel gamelan réncéng, sedangkan yang di Karawang dan Bogor (wilayah pantai) lebih mendekati ensambel gamelan saléndro atau pélog. Selain itu, jika ajéng Sumedang tidak memakai alat melodis (walau kadang-kadang ada yang memakai suling), ajéng Karawang dan Cileungsi memakai tarompet¸ yang biasa digunakan dalam ensambel gendang penca.

Ajéng Sumedang digunakan hampir khusus untuk penyambutan tamu, seperti halnya gamelan gamelan rénténg atau degung (dahulu). Melodi utamanya dibawakan oleh bonang, tidak memakai vokal (penyanyi, sinden), melulu instrumentalis. Penempatan gamelannya di atas panggung yang dibuat tinggi sekali, sekitar 2-3 meter, dan sering dibangun di mulut kampung, walau jauh dari yang punya hajat. Penonton (tamu undangan) yang lewat, tidak bisa melihat senimannya, hanya suaranya.

Ajéng Karawang (dan Cileungsi) juga memiliki persamaan dengan di Sumedang, dalam hal bahwa ensambel ini dasarnya adalah instrumental, dan dimainkan di panggung tinggi untuk bisa terdengar lebih jauh, sebagai kabar tentang adanya selamatan. Persamaan dari sisi konteksnya, baik ajéng Sumedang maupun Karawang sekarang merupakan jenis kesenian langka yang mendekati kepunahan jika tidak ada upaya pelestarian strategis.

Gamelan ajeng juga terdapat di daerah Betawi, jenis musik ini diperkirakan berasal dari daerah Pasundan, tetapi dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang membedakan dengan Gamelan Ajeng Sunda. Perbedaan ini antara lain terletak pada repertoar, lagu pada Gamelan Ajeng Sunda tidak terdapat dalam Gamelan Ajeng Betawi. Di samping pengaruh Sunda, Gamelan Ajeng juga mendapat pengaruh Bali.

Alat musik Gamelan Ajeng terdiri dari sebuah kromong sepuluh pencon, sebuah terompet, gendang (dua gendang besar dan dua kulanter), dua buah saron, sebuah bende, sebuah cemes, sebuah kecrek, dan kadang-kadang ada yang menggunakan dua buah gong; gong laki-laki dan perempuan. Dewasa ini berkembang di daerah pinggiran Kota Jakarta dan sekitarnya dan masyarakat pendukungnya adalah kelompok masyarakat petani.


Konon, gamelan ini dianggap sakral karena hanya dimainkan pada saat acara pernikahan. Gamelan Ajeng dilambangkan dengan dua gong besar yang disebut gong lanang dan gong wadon, memiliki kekhususan hanya dapat ditabuh pada tempat tertentu, yaitu pajengan (sebuah panggung setinggi dua meter)

Karawang Potensi Pariwisata Jawa Barat

foto : Galang


Penulis: Ajay Wijaya – PEPELING KARAWANG

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah daerah. Sektor pariwisata adalah salah satu solusi dari pembangunan Kabupaten Karawang  dengan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan hidup dan tetap mempertahankan kearifan lokal karena kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggungjawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengingat pemanfaatan potensi daerah yang ada di Kabupaten Karawang sampai saat ini belum maksimal baik itu pengelolaan yang sudah ada maupun gali potensi baru, pemerintah saat ini terpaku atas hal-hal yang bersifat normatif dengan berbagai alasan karena Kabupaten Karawang masih berorientasi pada investasi dari sektor pembangunan industri (bagi hasil dengan pemerintah pusat).

Banyaknya potensi kepariwisataan Kabupaten Karawang saat ini tidak termanfaatkan dengan baik mengingat pemerintah daerah lebih mengedepankan industrialisasi dibanding dengan membangun kepariwisataan, potensi alam curug yang bisa di kembangkan diantaranya:

  • Curug Cigentis
  • Curug Bandung
  • Curug Cikoleangkak 
  • Curug Karapyak 
  • Curug Cipanunda
  • Curug Santri (Lalay)
  • Curug Jelegong


Ditambah dengan wisata goa yang bisa dikembangan seperti Goa Dayeuh, Goa Pasir Angin, Goa Gedong dan puluhan goa lainnya yang berada di wilayah Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan dan wilayah Kutatandingan Kecamatan Ciampel. Bentang pantai seanjang 74 mil harusnya menjadi andalan kepariwisataan, namun sampai saat ini pantai Karawang yang begitu panjang hanya menjadi penyebab abrasi karena tidak ada pemanfaatan yang serius.

Luas area pesawahan yang begitu besar secara pengembangan dapat dijadikan untuk membentuk karakter wilayah dengan menjadikan sebagai wisata pertanian dengan konsep dari yang paling sederhana sampai ke yang paling modern, luas area pesawahan Karawang bisa dijadikan sarana edukasi pertanian bukan dialihfungsikan menjadi perumahan.

Pada kenyataan pembangunan di Kabupaten Karawang dari pembangunan sektor indrustri sampai saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Kabupaten Karawang khususnya menyelesaikan permasalahan pengangguran, dengan terus berorientasi pada pembangunan indrustri justru menambah dampak sosial baru untuk Kabupaten Karawang, pemerintah seharusnya berpikir realistis dan pintar memanfaatkan peluang, jika kita lihat Jabodetabek saat ini sudah beralih terhadap industrialisasi maka Karawang harusnya dapat memanfaatkan potensi yang ada dengan mengarah pada pembangunan berbasis lingkungan, budaya dan kearifan lokal.

Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Karawang menggali potensi daerah dari sektor yang lain khususnya sektor pariwisata. sehingga jika orang berfikir untuk ke Karawang datang mencari uang maka jika Kabupaten Karawang dibangun pariwisata dalam bentuk industri pariwisata yang memadai, maka orang yang bawa uang akan datang berkunjung untuk menikmati keindahan Kabupaten Karawang.

Konferensi Stockholm 1972 (Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup) bahwa konsep pembangunan harus mengacu pada Eco-Development yaitu pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup (pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan hidup). Karena melihat potensi Kabupaten Karawang yang sangat luar biasa dari sektor pariwisata, maka sudah sepantasnya pemanfaatan itu dilaksanakan seiring dengan perkembangan teknologi yang terus mendesak.

Jika dilihat lagi dari hasil Konfrensi Rio de Janeiro pada tahun 1992 yaitu konfrensi yang dilaksanakan oleh PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan dengan konsep Sustainable Development dengan sasaran pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini merupakan hal yang dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Karawang bahwa masih banyak generasi ke depan yang akan merasakan dampak dari pembangunan saat ini.

Kabupaten Karawang tidak harus besar dengan banyaknya indrustri namun dengan menjaga kearifan lokal, budaya serta kelestarian lingkungan serta dengan penataan kepariwisataan pun Kabupaten Karawang akan menjadi besar dan akan lebih disegani, dibandingkan dengan banyaknya indrustri namun banyak warga Kabupaten Karawang yang menjadi pengangguran.

Rabu, 27 Januari 2016

Jadikan Wilayah Sanggabuana Sebagai Konservasi Satwa Indonesia

Penulis: Ajay Wijaya

Keanekaragaman satwa yang ada di wilayah Pegunungan Sanggabuana merupakan kekayaan yang tak ternilai, alam yang indah didukung dengan letak wilayah yang tidak terlalu jauh dari wilayah kota besar yang saat ini sedang giat-giatnya membangun, Pegunungan Sanggabuana adalah tempat yang sangat strategis untuk dijadikan hutan konservasi baik tumbuhan maupun satwa serta sangat ideal jika dijadikan sebagai penyedia oksigen untuk Jawa Barat.

Burung Rangkong, salah satu habitat yang ada di Sanggabuana
Masih banyaknya satwa langka yang saat ini dilindungi oleh pemerintah di Sanggabuana seperti Owa Jawa (Hylobates Moloch), Rangkong/Julang (Bucerotidae), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi), dan hewan lainnya, harus dijaga dan dilestarikan keberadaanya mengingat kondisi Pegunungan Sanggabuana saat ini sudah kurang terjaga dengan baik, adanya perhutani belum menjadikan kondisi Pegunungan Sanggabuana aman dari perburuan satwa dan pembalakan liar sehingga itu akan sangat berdampak terhadap keberadaan dan populasi dari satwa-satwa yang sudah dianggap langka.

Sanggabuana yang merupakan wilayah pegunungan yang menghubungkan beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang diantaranya : Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta, dengan kontur wilayah terdiri dari beberapa gunung dan perbukitan sehingga sangat baik sebagai tempat satwa berkembang biak, namun keberadaan satwa saat ini sudah semakin berkurang seiring perambahan hutan terus merangkak sehingga banyaknya hutan yang alih fungsi jadi perkebunan yang secara tidak langsung mengusir keberadaan hewan-hewan yang ada.

Jenis satwa yang ada diwilayah sekitar Gunung Sanggabuana berdasarkan hasil pemantauan dalam kegiatan Expedisi Pepeling, meliputi :

  • Monyet dan Primata
  • Monyet ekor Panjang
  • Surili
  • Monyet Endemik/Monyet Putih
  • Oa Jawa (Spizaetus bartelsi)
  • Lutung
  • Oces
  • Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
  • Dan lain-lain


Adapun untuk Jenis Burung yang ada diwilayah sanggabuana, diantaranya :

  • Burung Rangkong/Julang
  • Elang Jawa
  • Elang
  • Ciung Batu
  • Ciung Mungkal
  • Gagak
  • Cah Ijo
  • Cah Batu
  • Dan lain-lain


Beragamnya satwa langka yang masih ada di wilayah Sanggabuana harusnya menjadi referensi bagi pemerintah bahwa kondisi status Pegunungan Sanggabuana untuk dijadikan hutan konservasi yang bisa dijadikan sebagai hutan edukasi baik itu mengenai flora maupun fauna, saat ini pegunungan Sanggabuana dengan status hutan produksi sehingga sangat rawan kelestariannya dan hasil penelitian dari lembaga konservasi Nusantara bahwa habitat Owa Jawa terbesar berada di wilayah Sanggabuana, semoga saja ini menjadi perhatian bagi pemerintah untuk kelestarian Sanggabuana.

Selasa, 26 Januari 2016

GOA DAYEUH



Goa dayeuh adalah goa yang memiliki struktur seperti benteng yang terbentuk dari batuan endapan berkisar ratusan ribu tahun ini sangatlah indah baik dilihat baik dari panoramanya, keeksotisannya dan dilain itu keseruan dibalik cerita mistisnya, goa yang berupa tebingan dengan ketinggian dinding-dinding goa sekitar 15 meter dan jika dilihat kontur serta letaknya goa dayeuh ini merupakan salah satu yang pernah dijadikan peradaban karena terlihat dari bentuk dan keadaan goa dayeuh yang walaupun saat ini sebagian dasar goa dayeuh tertutup oleh tanah namun secara bentuk dan relief goa masih sangat terlihat nilainya.

Keberadaan goa dayeuh yang tidak terlalu jauh hanya 500 m dari jalan utama Kecamatan Pangkalan dengan kondisi alamiahnya yang masih sangat bagus karena pohon-pohon yang ada dalam kawasan goa masih terjaga walaupun disekeliling goa sudah menjadi area perkebunan masyarakat dan tidak jauh dari lokasi goa dayeuh ada sumber mata air citaman yang menjadi sumber untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan jaraknyapun hanya 300 m dari goa dayeuh.

Sumber mata air citaman yang berada disekitaran goa dayeuh sangatlah asri, nyaman dan menyejukan hati, dipagi dan sore hari kita dapat melihat warga yang menggunakan mata air tersebut untuk mencuci, mandi, dan ada juga warga yang menggunakan untuk kebutuhan masak dan kebutuhan lainnya. Nilai kesedarhaan dan aktifitas pedesaan sangatlah kental sehingga bagi siapapun yang ingin merasakan suasana pedesaan dapat dirasakan jika berada disekitar mata air citaman.




Goa dayeuh yang tingkat kearifan lokalnya masih sangat kental sehingga tidak sedikit orang yang berkunjung dengan berbagai keinginannya dan karena tingkat mistisnya juga masih berpengaruh atas kelestariannya dan semoga bisa terus dipertahankan sampai anak cucu kita nanti. Dari sumber yang didapat dari masyarakat, Bustomi mengatakan, Tidak sedikit orang yang datang dan bermalam dilokasi goa dayeuh, mungkin mereka memanfaatkan lokasi goa dayeuh untuk menjadi tempat meminta demi tercapai keinginannya (sukses dalam jabatan dan medapatkan kekayaan, dll).

Keberadaan goa dayeuh yang berada di Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang ini tidak lepas dari sebuah sejarah Kabupaten Karawang, karena pada masa pemerintahan Bupati Karawang yang kedua yang dipimpin oleh Raden Anom Wirasuta Putra Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Adipati Panatayudha I. Beliau dilantik menjadi Bupati di Citaman Pangkalan. Beliau setelah wafat dimakamkam di Bojongmanggu Pangkalan, Karena itulah beliau dikenal pula dengan sebutan Panembahan Manggu. Jika kita gali lebih dalam goa dayeuh yang letaknya berada ditengah  Desa Tamansari dengan adanya sumber mata air disekitarnya bahwa goa dayeuh erat sekali hubungannya dengan keberadaan pusat pemerintahan Kabupaten Karawang dibawah Pemerintahan Raden Anom Wirasuta.

Kamis, 21 Januari 2016

CATATAN KECIL UNTUK KARAWANG

Datar Panjang Sanggabuana, Karawang

Jika kita melihat kondisi Kabupaten Karawang saat ini, mungkin orang akan bertanya mengenai ikon Karawang yang sangat luar biasa yaitu “Lumbung Padi”, kemudian orang akan bertanya bahwa ada “Pangkal Perjuangan”, Kemudian orang akan bertanya mengenai “Goyang Karawang”, dan orang akan bertanya lagi mengenai slogan “Karawang Interasih” kata-kata yang sangat luar biasa makna dan harfiahnya namun sampai saat ini hanya dijadikan sebagai penghias sebuah kota dengan potensi luar biasa yang didalamnya tersimpan berbagai kepentingan yang selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Kabupaten Karawang yang memiliki potensi yang sangat luar biasa, bentangan pantai yang sangat luas dan panjang, puluhan goa, pegunangan dengan berbagai pesonanya dan keindahannya, tempat bersejarah, situs dan peninggalan, dan masih banyak hal-hal yang memiliki nilai yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat Kabupaten Karawang. Cerita Karawang dari orang tua dulu hanyalah sebuah ilusi untuk menyeyakkan tidur anak-anak, sehingga nilai-nilai yang ada dengan begitu mudahnya dirampas oleh orang-orang luar Karawang yang tidak memahami sejarah untuk kepetingan pribadi dan golongannya.

Lumbung Padi, Karawang merupakan kota yang sangat subur yang dulu secara keseluruhan masyarakat mata pencaharian berbasis pertanian yang sekarang berubah menjadi lumbung indrustri dan hampir diperkirakan ada ±1200 pabrik yang ada di Kabupaten Karawang namun sangat disayangkan sampai saat ini belum bisa menyelesaikan pengangguran di Kabupaten Karawang. Kenapa hal ini bisa terjadi karena tidak siapnya Sumber Daya Manusia di Kabupaten Karawang mengingat terlalu cepatnya pertumbuhan sektor indrustri tanpa diimbangi dengan kesiapan masyarakat untuk menghadapi kenyataan yang ada, akhirnya sekarang masyarakat Karawang hanya menjadi penonton di wilayahnya sendiri.

Lumbungitu berati tempat berkumpulnya sesuatu dalam jumlah banyak, berarti dulu Kabupaten Karawang merupakan tempatnya padi di Jawa Barat bahkan Indonesia sehingga mampu menyuplai kebutuhan beras kewilayah lain, namun kini sungguh sangat ironis Kabupaten Karawang yang disebut lumbung padi sekarang menjadi penerima beras raskin terbesar di Jawa Barat, kita harus analisa kemana, kesiapa, kenapa padi-padi Karawang bisa hilang. Ini adalah tugas kita semua, baik pemerintah, institusi, ormas, dan seluruh komponen yang merasa tinggal, memanfaatkan dan hidup di Kabupaten Karawang.

Pangkal Perjuangan, adalah satu kalimat yang yangat luar biasa maknanya namun sampai saat ini belum ada penjabaran yang bisa dijadikan acuan dari makna kalimat tersebut, kata yang begitu luar biasa ternyata masih bias sehingga generasi sekarang hanya bisa mengucapkan sementara maknanya tidak bisa diterapkan dan diimplementasikan oleh generasi muda Kabupaten Karawang sekarang.

Pangkalberarti Tempat awal dari atau Tempat memulai, sementara perjuangan berarti gerakan untuk melakukan sesuatu, jadi jika kita gali lebih dalam Pangkal Perjuanganitu merupakan tempat awal atau tempat memulai suatu gerakan untuk melakukan sesuatu, berarti nama Pangkal Perjuangan ini sangatlah luar biasa dan tidak mungkin nama tersebut muncul jika tidak mengandung nilai sejarah yang bersumber dari cerita para leluhur kita yang terdahulu yang sampai saat ini belum tergali sehingga tidak dapat menjadi referensi untuk bahan generasi yang akan datang.

Ada sebuah pribahasa yang mengatakan jika kita lupa akan sejarah maka kita tinggal tunggu kehancurannya, mungkin itu hanya sebuah pribahasa namun kenyataan yang terjadi di Kabupaten Karawang benar adanya mengingat alur sejarah Bupati Karang yang kedua yaitu Raden Anom Wirasuta yang dilantik dan memiliki pusat pemerintahan di wilayah Citaman pun kini hampir habis oleh mereka yang tidak tau sejarah dan bukan tidak mungkin para pejabat karawang saat ini pun tidak tau sejarah Kabupaten Karawang, itu berarti kehancuran untuk Karawang.

Jika kita diam dalam kondisi seperti ini salah besar, mana yang disebut Karawang Kota Pangkal Perjuangan jika yang bernilai sejarah dibiarkan hancur, perjuangan itu bagian dari sejarah dan mempertahankan sejarah adalah bagian dari sebuah perjuangan, jadi sudah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikan Kabupaten Karawang karena Karawang Bagian dari sejarah Indonesia dan kata orang tua kita kalau tidak ada Karawang tidak akan sejarah kemerdekaan dan Teks Proklamasi tidak akan berkumandang karena teks Proklamasi ditulis di Rengas Dengklok Kabupaten Karawang dan pertama dikumandangkan di Karawang sebelum dibawa jalan Pegangsaan Timur Jakarta dan di Kumandangkan oleh Ir. Sukarno.
Goyang Karawang sebuah kalimat sederhana yang begitu penomenal, namun goyang Karawang memiliki beberapa makna yang bisa kita gali sehingga nama tersebut tidak menjadi salah tafsir dari bebagai kalangan terhadap nama goyang yang selama ini terkesan kurang baik jika ditinjau sepintas belaka,

Goyangadalah kata yang memiliki arti luas dan sangat luar biasa, Goyang merupakan sebuah kata yang mengidetikan dan memperkenalkan nama Karawang baik di tingkat Provinsi, Nasional bahkan dunia. Jika kita gali kata tersebut dari versi seni,kata goyang bisa bersumber dari pelaku seni yang melakukan gerakan sehingga tertanam image dalam setiap orang yang melihatnya. Seni itu sendiri merupakan bagian dari budaya yang berarti kita harus kembali ke sejarah masa lalu bahwa para pelaku seni Karawang yang bisa membumingkan nama Kabupaten Karawang dengan hasil karyanya dalam bentuk gerakannya karena itu yang tertanam dimata orang bahwa goyang Karawang itu dari sebuah seni sunda jaipongan, tidak terlepas ada historis atau sejarah yang lainnya mengenai kata goyang untuk Karawangyang lebih valid.

Goyang Karawangyang sering kita dengar dapat dimasukan dengan berbagai tinjauan yang salah satunya ditinjau dari ilmu pengetahuan dan teknologi, Karawang selatan yang memiliki gugusan Gunung Sanggabuana yang merupakan hasil penelitian dari ahli Gunung Merapi Prof, Dr. Sutikno dari hasil karya penelitiannya bahwa Gunung Sanggabuana adalah salah satu gunung merapi purba, dan hasil tinjauan dari ahli geologi bahwa di Kabupaten Karawang bagian selatan terdapat patahan lempeng bumi, yang bukan tidak mungkin jika terjadinya pergeseran lempeng bumi ini akan menggoyangkan seluruh alam yang ada dimuka bumi ini.

Nama Goyang Karawang jika kita tinjau dari kondisi kewilayahan serta bukti yang ada, bahwa Karawang pernah bergoyang karena bencana yang maha dasyat sehingga mengubur seluruh wilayah Karawang yang tadinya daratan menjadi lautan karena para leluhur kita tidak mampu menjaga kelestarian alamnya yang berdampak pada bencana dibumi ini.

Dilain sisi jika kita tinjau dari nama Karawang sebelumnya yaitu KRAWANG (Sebelum Nama KARAWANG yaitu KERAWANG, dan sebelumnya KRAWANG) yang artinya KRA : Tanah genting dan WANG : Istana para raja, pada era Kolonial dimana Batavia pun tidak berani masuk ke wilayah Karawang karena mereka menganggap bahwa Karawang adalah wilayah rawan dan genting, maka kita bisa melihat Goyang Karawang karena orang-orang yang tinggal di Karawang adalah para Jawara yang begitu ditakuti oleh para Kolonial.

Dari kata goyang mempunyai kandungan arti yang sangat luar biasa, bahkan bukan tidak mungkin suatu hari nanti akan ada pergerakan civil society yang akan menggoyang karawang karena kebijakan-kebijakan yang tidak memikirkan dan tidak melihat nilai, budaya, lingkungan, dan kearifan lokal yang ada. Maka dari pada itu bangunlah karawang tercinta ini dengan selalu memikirkan dampak dan akibat untuk masa depan generasi Karawang yang akan datang bukan hanya mementingkan kantong tanpa berfikir nasib orang banyak yang akan merasakan dampaknya.



Saat ini semuanya kembali kepada kita semua,apakah kita bijak dalam melihat satu perbedaan pandangan atau tidak, perbedaan itu sebuah warna keindahan yang harus kita sikapi dengan nilai positif maka semuanya akan berdampak baik, begitu pun juga perbedaan pandang akan sesuatu yang ada di Kabupaten Karawang itu sangat baik asal jangan dijadikan sebagai ajang pemanfaatan untuk memenuhi kepentingan pribadi masing-masing.

Selasa, 19 Januari 2016

CURUG CIPANUNDA

Ajay Wijaya - Pepeling



Curug Cipanunda yang letaknya berada di Kampung Tipar Desa Kutamaneuh Kabupaten Karawang, jarak tempuh bila dilakukan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam dari Perkampungan Tipar, jalan yang dilalui sangatlah indah dengan nuasa alamnya yang relatif masih alami dikelilingi perbukitan dan hamparan sawah yang berundak-undak dapat menjadi objek bidikan poto selama perjalanan sehingga akan mengurangi rasa lelah kita selama perjalanan.

Kondisi curug Cipanunda yang unik dengan undakan-undakan bebatuan tersusun ditambah kondisi tempatnya masih sangat alami, udara yang masih sangat bersih dan menyegarkan membuat kita merasa nyaman ditambah dengan sejuknya air dari Curug Cipanunda akan semakin menambah rasa nyaman dan tenang untuk berada disana. Curug Cipanunda yang sering juga disebut curug Cipanundaan mengisahkan bahwa curug tersebut adalah tempat penyimpanan (tutundaan), yang sebenarnya adalah dahulu tempat tersebut merupakan tempat belajar mencari indititas diri untuk mengendalikan hawa nafsu bagi para calon pemimpin kerajaan sebelum turun untuk memimpin masyarakat atau rakyat atau istilah lainnya menunda atau menyimpan kebiasaan kurang baik yang sekiranya akan berdampak kurang baik terhadap dirinya sendiri maupun kepada orang lain (masyarakat).

Curug Cipanunda yang memiliki karakteristik berundak yang tidak terlalu tinggi namun menawarkan keindahan yang begitu luar biasa, curug dengan ketinggian sekitar 10-15 meter ini sangat sejuk dan menawarkan ketenangan  yang sungguh luar biasa, jika penasaran boleh di buktikan ...!!!!! ditambah lagi dengan kearifan masyarakat Kampung Tipar yang dengan keramah tamahannya menyambut kehadiran para pengunjung yang akan datang untuk berkunjung ke Curug Cipanunda.

Kabupaten Karawang memang kaya akan potensi keindahan alamnya, sungguh ironis jika potensi tersebut harus terbengkalai dan tidak termanfaatkan dengan baik khususnya oleh Pemerintah Kabupaten Karawang mengingat yang namanya pembangunan itu bukan hanya pembangunan pabrik saja namun membangun potensi yang dimiliki dengan konsep menata itu pun adalah pembangunan apalagi kalau ditambah dengan pembangunan non fisiknya dengan mengadakan pelatihan keterampilan dari potensi yang ada, pembinaan kampung atau desa sadar wisata mengingat saat ini masyarakat Karawang masih belum bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, contoh ditempat wisata banyaknya pungli, premanisme, gaya-gayaan ingin dilihat pengunjung dengan bawa motor tanpa aturan, dll.


Selain gali potensi Kepariwisataan juga Pemerintah Daerah harus mengedepankan kelestarian lingkungannya, jika lingkungan tidak terjaga apa yang bisa diangkat dari potensi yang ada, kalau curug kering maka apa yang akan dijual kepada pengunjung maka harus ada program terhadap kelestarian lingkungannya supaya potensi wisata yang dimiliki tetap terjaga dan perekonomian masyarakat tetap stabil dengan banyaknya pengunjung ke tempat pariwisata.

INDUSTRI KARAWANG DAN DAMPAKNYA

Karawang dan Industri, Photo : Husna Mubarok

Jika melihat pembangunan industri di Kabupaten Karawang yang begitu pesat, jumlah perusahaan berjumlah sekitar ±1000 tersebar di beberapa Zona Kawasan Industri dan Non Kawasan, ini merupakan kemajuan yang sangat luar biasa untuk suatu daerah bila diimbangi dengan aturan yang baik, namun dilain sisi pembangunan industri yang membabi buta ini menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap lingkungan karena berapa ribu pohon yang ditebang dan hampir semua sungai terkena dampak dari pencemarannya sehingga kembali ke kesiapan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang menyikapi kenyataan yang sekarang terjadi.

Ribuan perusahaan yang ada di Kabupaten Karawang jika memiliki kepedulian terhadap lingkungan khususnya kelestarian alam mungkin stabilitas suhu di Kabupaten Karawang akan stabil, jika satu perusahaan menyisihkan CSRnya 1000 pohon pertahun jika di kali 1000 perusahaan saja maka dalam satu tahun Kabupaten Karawang bisa investasi Pohon 1 Juta Pohon dan jika dari mulai perusahaan berdiri sudah menanam pohon mungkin suhu di Kabupaten Karawang tidak akan mencapai suhu tertinggi 52´, apabila dilihat hampir rata-rata pelaku indrustri di Kabupaten Karawang tidak memenuhi aturan dimana 30%  harus ruang terbuka hijau.

Industri yang tersebar di Kawasan seperti Kawasan KIIC, KIM, Surya Cipta, BIC, dan Kawasan lainnya ditambah dengan Pertambangan yang walalaupun bukan zona Wilayah Pertambangan itu pastinya akan sangat berdampak terhadap kondisi alam Karawang, dimusim hujan akan berdampak banjir mengingat serapan air sudah sangat berkurang dan dimusim kemarau pastinya akan kekeringan mengingat sumber-sumber penyimpan air mulai habis dan kenyataan ini terjadi di tahun 2015 masyarakat banyak menjerit karena kesulitan air.

Perusahaan di Kabupaten Karawang harusnya dengan CSRnya bisa membantu permasalahan yang terjadi di Karawang namun sampai saat ini bisa dihitung dengan jari perusahaan yang peduli terhadap kondisi alam Karawang, bahkan yang lebih ironis lagi perusahaan berdiri di Karawang namun CSRnya ada diluar wilayah Karawang seperti Kalimantan, Sumatra, dll, yang padahal jika dilihat dan mau di Karawang pun bisa seperti untuk konservasi satwa (owa Jawa, Rangkong, Elang Jawa, Dll), reboisasi, penghijauan kota, mangrove dan lainnya yang sifatnya untuk kelestarian alam. Melihat fakta yang ada pada perusahaan rata-rata hanya menanam pohon hias jarang perusahaan yang menanam pohon tegakan yang mampu menyerap carbondioksida yang dikeluarkan perusahaan tersebut.

CSR yang selama ini banyak dijadikan dalih untuk membantu masyarakat pada kenyataannya hanya dijadikan kesempatan dan alasan berbagai kalangan sebagai penyalur dana tersebut namun faktanya tidak sehebat yang sering digulirkan tentang CSR, jika dari 1000 perusahaan CSRnya ada dan tersampaikan kepada masyarakat maka secara perlaran dapat membantu mengurangi permasalahan yang terjadi dimasyarakat baik itu lingkungan alam, lingkungan social kemasyarakatan, Lingkungan Pendidikan, ekonomi kreatif masyarakat serta kegiatan lainnya yang sifatnya sosial.

Lumbung industri yang menggantikan lumbung padi ternyata sampai saat ini pun belum bisa menyejahterakan masyarakat Karawang, masyarakat hanya merasakan dampaknya seperti limbah yang tersebar disemua sungai Karawang, suhu udara yang semakin panas, kerusakan alam dan bencana baik bencana social maupun bencana alam yang masyarakat rasakan, pertumbuhan industri yang tidak dibarengi dengan rencana tata kelola dan tata ruang sehingga dampak yang akan terjadi tidak terpikirkan dari lonjakan pendatang yang masuk ke Kabupaten Karawang.

Senin, 18 Januari 2016

SAMPAH MENGIRINGI PEMBANGUNAN KARAWANG


 Photo : Sampah disepanjang bantaran Kali malang

Perubahan jaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat pasti akan diiringi dampak dari sebuah perubahan dan teknologi baik itu dampak secara positif maupun dampak secara negatif, laju pertumbuhan ekonomi diiringi pertumbuhan penduduk serta tingkat konsumsi yang tinggi pasti akan menyulitkan kontrol dalam pengendalian dampak yang ditimbulkan dari sebuah perjalanan kemajuan jaman.

Dahulu para nenek moyang dan para orang tua kita dimasa sebelum mengenal teknologi modern seperti sekarang ini menggunakan alat bungkus makanan dan yang lainnya menggunakan bahan dari daun jati dan daun pohon pisang serta sarana untuk membawa atau menjinjing barang menggunakan bahan-bahan seperti anyaman yang terbuat dari daun pandan atau dari anyaman bambu yang semuanya berasal dari alam yang tidak terpengaruh bahan-bahan kimia seperti sekarang sehingga jika dibuang ketanah pun tidak akan berdampak pada kerusakan lingkungan tidak seperti sekarang semuanya sudah menggunakan kantong pelastik.

Seiring perkembangan teknologi yang kian menjadi dan terus menjamur, sekarang nampak kita lihat sampah-sampah yang berserakan dimana-mana adalah sampah plastik dari mulai plastik bekas perment sampai ke bekas barang bawaan yang dibiarkan begitu saja diterpa angin sehingga berserakan, itu merupakan salah satu contoh dampak negatif dari sebuah perubahan jaman dan kemajuan teknologi yang dapat kita lihat dan kita rasakan. Jika diperbandingkan sampah plastik sangatlah berbeda dengan sampah daun jati atau daun pisang, kalau sampah daun jati dan pisang dibuang sampahnya dapat menyuburkan tanah sementara sampah plastik dan sejenisnya jika dibuang sembarangan ketanah akan merusak struktur kesuburan tanah karena didalamnya mengandung bahan kimia serta untuk terurainya sampah plastik membutuhkan waktu puluhan tahun dengan kondisi tanah mungkin sudah tidak produktif lagi.

Karawang adalah salah satu kabupaten penyangga ibu kota dan wilayah lainnya yang saat ini sedang gencar-gencarnya menyuarakan pembangunan khususnya pembangunan industri konvensional, kita bisa lihat sampah yang berserakan hampir diseluruh tempat di wilayah Kabupaten Karawang, bahkan dibeberapa titik di tingkat Kecamatan terjadinya penumpukan sampah khususnya diwilayah padat penduduk, perumahan, pasar-pasar dan yang paling disayangkan banyaknya penumpukan sampah dibantaran kali dan sungai yang sebenarnya itu sangat berbahaya karena selain mencemari tanah bahkan akan mencemari air.

Melihat kondisi saat ini mengenai permasalahan sampah di Kabupaten Karawang, Pemerintah Daerah harus dapat mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang akan semakin berat mengingat laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karawang semakin meningkat, dan jika permasalahan sampah ini dibiarkan tanpa mengambil langkah yang strategis maka permasalahan pun akan terus bertambah dan menumpuk seperti halnya sampah saat ini di Kabupaten Karawang. Jika dilihat saat ini pemerintah Kabupaten Karawang memiliki konsep yang kelihatan dari penangan sampah adalah “TAMPUNG, ANGKUT dan BUANG”  sehingga hal inilah yang menjadi penyebab selalu ingin adanya lokasi pembuangan sampah tambahan.

Tinggal keinginan dari Pemerintah Daerah dengan kebijakannya, peran sertakan semua komponen pemerintahan dari tingkat Bupati sampai tingkat RT untuk menjaga kebersihan disetiap wilayahnya, dibuatkan program KARAWANG BERSIH pemerintah punya program olah raga dihari jumat pagi kenapa engga diganti dengan program KARAWANG BERSIH, jadi setiap hari jumat jalan sambil memungut sampah dijalan dan itu dilakukan serentak se Kabupaten Karawang. Selain itu Pemerintah Daerah dapat menjadikan program Bank Sampah sebagai program mengakar sampai ke tingkat RT, jika semua itu alasan tidak ada regulasi / aturan sampaikan ke Komisi C agar membuat regulasi mengenai Tata Kelola Sampah di Kabupaten Karawang.

Permasalahan sampah sebenarnya bukan hanya permasalahan Pemerintah Daerah saja, ini adalah permasalahan kita semua, maka dari pada itu selain langkah strategis yang dapat di ambil Pemerintah Daerah juga dibutuhkan kesadaran dari seluruh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Karawang untuk bersama-sama dan bahu-membahu menjaga Kabupaten Karawang untuk menjadikan Kabupaten yang INTERASIH (Indah, Tertib, Aman dan Bersih) dan semuanya akan kembali lagi kepada kita semua jika kita punya kemauan dan keinginan yang kuat maka tidak ada yang tidak mungkin dan setiap permasalahan pasti akan ada jalan keluarnya.

Minggu, 17 Januari 2016

INDUSTRI KARAWANG DAN POLITIS

Ajay Wijaya - Pepeling

Pembangunan Karawang Tidak memperhatikan Faktor Kelestarian

Seiring dengan laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Karawang yang terus meningkat terutama dari sektor indrustrialisasi yang saat ini dapat kita lihat bersama, hampir ± 1300 pabrik berada di Kabupaten Karawang yang tersebar dibeberapa Kawasan Indrustri dan di daerah Zona Indrustri yang walaupun itu berada ditengah-tengah pemukiman masyarakat namun tidak menjadi halangan bagi para pengusaha untuk mendirikan perusahaannya karena mungkin mereka begitu mudah untuk mendapatkan ijin dan lain sebagainya.

Keberadaan indrustri di Kabupaten Karawang dengan tata kelola yang tidak beraturan sehingga menyulitkan Pemerintah sendiri dalam melakukan pengawasan, yang ada munculnya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Karawang itu sendiri, dan kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena dari awal sistemnya sudah semerawut sehingga tata kelolanya pun akan berakhir dengan semerawut pula.

Indrustrialisasi di Kabupaten Karawang tidak lepas dari peran dan kepentingan politik yang begitu kuat sehingga Pemerintah Kabupaten Karawang tidak sanggup menangkal dan meminimalisasi kenyataan yang terjadi, kondisi Kabupaten Karawang dengan sistemnya yang rapuh ditunjang dengan banyaknya peraturan yang dilanggar sehingga menjadi kelemahan sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan oleh pihak koorporasi untuk mengatur pemerintahan dengan dana dan pemanfaatan kekuatan dari pihak terkait yang berada di kekuasaan yang lebih tinggi.


Perubahan Kabupaten Karawang dari sektor agraria ke sektor indrustri sangatlah berdampak dan berpengaruh terhadap masyarakat Kabupaten Karawang, ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (SDM) akhirnya menjadikan permasalahan berlarut khususnya masalah pengangguran, ini harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk mempersiapkan  masyarakat Kabupaten Karawang dalam menghadapi perkembangan indrustrialisasi yang sudah tidak terbendung lagi, kondisi seperti ini jangan terus dipolitisasi sehingga menjadikan masyarakat Kabupaten Karawang hanya menjadi penonton di rumahnya sendiri.

KARAWANG POTENSI WISATA DAN SEJARAH

Monumen Gempol Ngadeupa - Gunung Goong Karawang

Kabupaten Karawang adalah Kabupaten yang sering disebut sebagai penyangga ibu kota yang memang benar jika dilihat dari kondisi geografis Kabupaten Karawang sangat strategis, Kabupaten Karawang sangatlah komplek dari kultur, budaya, seni dan pariwisatanya serta Kabupaten Karawang terbilang sangatlah komplit dari gugusan pegunungan sampai bentang pantai yang begitu panjang.

Kepariwisataan Kabupaten Karawang sangatlah luar biasa dari mulai wisata sejarah, wisata budaya dan wisata alamnya dengan sejuta pesona untuk Kabupaten Karawang, untuk wisata sejarah yang menjadi kebanggaan kabupaten Karawang yang juga menjadi kebanggaan Jawa Barat saat ini adalah situs Candi Jiwa yang berada di Kecamatan Batujaya karena hasil keterangan para ahli bahwa candi jiwa lebih tua dari candi borobudur, dan yang lebih menarik lagi Kabupaten Karawang punya situs megalitikum yaitu situs kebon jambe yang diperkirakan lebih tua ±5000 tahun sebelum masehi yang berada di selatan Kabupaten Karawang, selain dari itu Karawang selatan menyimpan peninggalan peradaban besar yang sampai saat ini masih misteri namun perlahan tabir tersebut mulai terbuka.


Kabupaten Karawang dikenal dengan kota Pangkal Perjuangan dimana prosesi Kemerdekaan Republik Indonesia diawali pergerakannya di Karawang, dan selain itu banyak dibuktikan dengan informasi sumber bahwa Karawang adalah kota perjuangan yang dengan adanya musium rawa gede, adanya tanksi dan lokasi-lokasi bernilai sejarah perjuangan yang tidak tergali sehingga Kabupaten Karawang yang seyogyanya kota Pangkal Perjuangan kurang bernilai dan kurang diperhatikan oleh berbagai pihak.

Sabtu, 16 Januari 2016

MIMPI ANAK DESA (Part 2)

Sungai Cibeet

Lanjut dalam mimpiku aku melihat tempatku yang tengah dijadikan sebagai zona kota yang sangat luar biasa yang dijadikan kota megapolitan yang tidak ada duanya, aku tidak melihat sampah, taman-taman yang indah dengan semua bangunan mengacu akan keramah lingkungannya, sarana tranfortasi kelas dunia, semua pelayanan sudah menggunakan electrical goverment, kemegahan pasar serta seluruh tempat tertata dengan kemoderenan, jalan-jalan yang begitu apik yang tidak disertai banyaknya kendaraan parkir dipinggirnya karena penataan parkirpun sudah sangat baik bahkan lebih baik dari jerman punya, benar-benar sebuah kota megapolitan yang tidak ada tandingannya sampai aku enggan terbangun melihat penataan kota yang sangat luar biasa tersebut.

Dalam mimpiku aku melihat zona selatan dijadikan sebagai daerah yang hijau, daerah resapan, daerah konservasi, dengan nilai-nilai sejarah dan budanya serta kearifan lokalnya yag dijaga dengan baik, aku melihat daerah tempat aku tinggal punya kebun raya, punya mekarsari 2, punya wisata kebun buah-buahan bahkan hampir seluruh wilayah yang berada didaerah zona selatan dijadikan sebagai Desa dengan konsep kelestarian lingkungan dan dijadikan sebagai Desa Wisata kunjung, dalam mimpiku itu aku merasakan sebuah kedamaian dan ketenangan yang sangat luar biasa, Aliran air mengalir dengan jernihnya, pohon-pohon berdiri dengan tinggi dan gagahnya yang siap melindungi seluruh wilayah tengah dan utara, bahkan ternyata dapat mengahsilkan PAD yang sangat luar biasa baik itu dari sektor pariwisatanya dan tidak sedikit wilayah lain dan negara lain yang berani bayar untuk ketahan oksigen, benar-benar jadi paru-paru Jawa Barat.

Dalam mimpiku kulihat begitu banyak orang yang berduyun-duyun ingin melihat tempatku dari semua sektor yang ada, bahkan semua yang ada diwilayahku dapat menghasilkan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan untuk daerahku, aku sangat bangga tempatku dikenal orang diseluruh nusantara bahkan dunia karena penataannya dan pengelolaannya, bukan wilayahku terkenal dengan banyaknya industri namun banyak juga pengangurannya, bukan terkenal dengan kerusakan alamnya tapi wilayahku tidak mendapkan apa-apa, dalam mimpiku wilayahku terkenal dengan penataannya yang baik, terkenal dengan penegakan aturan yang luar biasa, terkenal dengan pertaniannya, terkenal dengan budayanya, terkenal dengan kearifan lokalnya dan terkenal dengan pariwisatanya.

Kata orang sih..,! mimpi itu adalah sebuah bunga dalam dalam tidur, ya biarlah.. yang penting aku bisa merasakan sebuah kedamaian, kenyamanan dalam hidup walaupun hanya sebatas dalam mimpi karena aku selalu punya sebuah keyakinan suatu hari nanti pasti tempat yang aku tempati ini akan menjadi luar biasa seperti dalam mimpiku.,, itu juga tergantung ada engga peimimpin diwilayahku yang mau menjadikan tempatku seperti itu., namun aku juga selalu punya keyakinan bahwa sipapun pemimpin yang memimpin wilayahku dan dia tidak amanah dengan tujuan yang tidak baik maka dia tidak akan lama baik memimpin maupun menjalani hidupnya.

Aku memimpikan diwilayahku seorang pemimpin yang memiliki hati seperti “sanghiyang widiwasha” yang berjalan sesuai dengan tata aturan sesuai dengan widi atau ijin washa dari yang maha kuasa jadi setiap langkahnya akan selalu berpegang pada koridor hukum baik yang bersifat hukum dunia maupun hukum akherat, selain itu seorang pemimpin yang kuimpikan berikutnya adalah yang bersifat “siliwangi” yang mampu menjaga dirinya dengan keharuman yang semerbak karena perbuatan baiknya yang dia lakukan selama menjadi seorang pemimpin dia benar-benar menjalankan wujudnya sebagai manusia yang Rahmattanlilallamin.

Mimpi-mimpiku terus berlalu mengiringi setiap tidurku, aku terasa berjalan diantara sisa-sisa kerajaan masa lalu yang terkubur karena waktu, yang hilang karena alam, dalam mimpi itu aku berjalan tanpa ragu, kutersenyum tanpa malu, karena sambutmu akan kehadiran sang pemimpi, lorong waktu yang begitu panjang sehingga aku dapat menemukan kembali dengan sebuah kondisi yang berberda dan tantangan dunia yang harus dihadapi, sebuah langkah pikir yang muncur diantara tidur dan mimpiku disisa jagaku yang sering tertidur malam.

Aku berjalan diantara instana-istana masa lalu dan terkadang aku berdiri diatas sebuah peradaban tempo dulu yang kurun waktunya sulit untuk dihitung karena belum ada waktu, kulihat sebuah benteng yang memanjang dengan sebuah keniscayaan, gunungan-gunungan kecil yang kulewati adalah sebuah bukti dan fakta sejarah masa lalu yang tersimpan dalam sebuah tatanan kehidupan sekarang dan akan terukir dalam dindinding catatan dunia hingga akhir jaman nanti. Kagetnya diriku saat aku terbangun dari tidurku dan sebenarnya aku ingin melanjutkan mimpi itu, namun waktu sudah tidak mendukung..,, aku terjaga dari tidurku untuk melakukan aktifitas seperti biasa dengan menjalankan kewajiban untuk bekal melangkah menyusuri mimpi dan membukanya menjadi sebuah fakta yang nyata.





HANJUANG DILAMPING GUNUNG SANGGABUANA

(Ajay Wijaya – Pepeling)

Sampurasun ka gusti nu maha agung
Neda widi kanggo ngaguar babad karuhun
Bubuka siloka carita ti para sinuwun
Bubuka carita gunung ti para linuhung
Nu kapungkur heureut letah heurin ku tangtung
Amit ampun nya paralun ka sang rumuhun 
Nu nyingraikeun handeuleum karusiahan
Mukakeun lawang caangna hanjuang
Dina titis tulis jeung uga nu ngawaruga
Pangwates adab waruga sareng sukma
Hanjuang cirining rasa..,,
Ciri rasa sajeroning raga
Dipasieup ku saung kadeudeuh sisi lamping
Dipageran ku pasir sareng dayeuh
Disilokaan ku carita pantun budak angon
Hanjuang ciciren dayeuh...,,
Nganjrekna dilamping gunung sanggabuana
Diapit ku gunung halimun sareng parangpang
Palih kulon nyarengan gunung sulah sareng parangpang
Palih wetan dijagaan tatapakan dina batu
Dipapaes ku undakan sawah nu matak betah
Hanjuang hanca katukang...,,
Rasa dina raga nu kasimpen dihandeuleum sieum
Sukma dina raga nu nyalindung dihanjuang siang
Puseur dayeuh nu nyumput dihandap buana
Puseur dayeuh nu kantos leungit teu aya laratan
Puseur dayeuh tatar sunda nu kantos medal
Hanjuang ciri laratan...,,
Ciri ka asih timantena kanggo balarea..,,


Jumat, 15 Januari 2016

SANGGABUANA "Buana Paksi Panca Tengah"

Penulis: Ajay Wijaya – Pepeling

Kawasan Gunung Sanggabuana yang menjadi penyekat dan sekaligus yang menghubungkan lima Kabupaten yaitu Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta, saat ini kelima kabupaten tersebut batasnya adalah wilayah Kawasan Sanggabuana karena dahulu sebelum terjadinya pemisahan wilayah dan sebelum dibentuknya pemerintahan seluruh wilayah di sebut Kawasan Sanggabuana. Kalau kita memaknai sebuah kalimat “Buana Paksi Panca Tengah” kita dapat filosofiskan bahwa Buana adalah alam atau bumi atau wilayah bumi, Paksi artinya sayap sementara Panca adalah dalam sansekerta memiliki harti lima dan Tengah adalah titik utama atau posisi yang diapit, jadi jika kita ambile kesimpulan dari  “Buana Paksi Panca Tengah” adalah satu tempat dibumi dengan posisinya berada ditengah yang menghubungkan lima sayap wilayah.

Jika kita lihat kontur Wilayah Sanggabuana saat ini dapat digambarkan tubuh seekor burung yang memiliki lima sayap dan Sanggabuana adalah wilayah yang dapat dilihat secara tofografi adalah kawasan pegunungan yang disekitarnya ada lima wilayah Kabupaten yang berada sekitarnya, karena menurut pengetahuan dari penulis hanya Kawasan Sanggabuna wilayah yang satu-satunya di Jawa Barat yang menghubungkan lima wiilayah.

Sanggabuana adalah kawasan yang menawarkan sejuta pesona keindahannya, dari mulai panoramanya, perbukitannya, curug-curug alamnya, serta nuansa mistis dan kesejarahannya yang luar biasa yang menggambarkan suatu wilayah yang layak menjadi “The Potensial Pesona Indonesia” yang dimiliki oleh Kabupaten Karawang.

Kawasan pegunungan Sanggabuana sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dengan bentengan gunung batu yang begitu indah dari barat sampai ke timur merupakan sebuah anugrah yang sangat luar biasa yang harus dilestarikan dan dijaga mengingat tuhan menciptakan alam beserta isinya ini adalah untuk kita jaga dan kita wariskan kepada generasi selanjutnya supaya mereka tahu sebuah keindahan dari ciptaan tuhan.

Sanggabuana adalah sebuah misteri alam seperti halnya manusia, jika kita cari keberadaan gunung sanggabuana pasti kita akan diarahkan pada gunung tertinggi yang ada di Kabupaten Karawang, namun semua gunung yang ada disana sudah memiliki nama masing-masing, jadi sebenarnya dimana itu Gunung Sanggabuana ?? Gunung sanggabuana adalah gambaran diri manusia sebagai mahluk yang mulia yang diciptakan tuhan yang memiliki derajat dan martabat tinggi seperti gunung jika kita mampu hidup sebagai penyangga dari aspek perjalanannya dimana kita harus mampu menjalankan Hablumminnanas, Hablumminnalloh, dan Hablumminnalallam. Alam adalah kitab tersirat yang bisa memberikan sebuah filosofi, makna hidup dan wadah pembelajaran diri yang sangat luar biasa untuk kita sebagai manusia yang selama ini tinggal di alam dan tidak akan hidup tanpa alam.